BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Varietas
unggul sebagai salah satu komponen teknologi budidaya kedelai telah diakui
berperan penting dalam menopang dan meningkatkan produktivitas per
satuanluas.Kesuksesan program Revolusi Hijau beberapa puluh tahun yang lalu
merupakancontoh suksesnya peran pemuliaan tanaman. Peningkatan produksi
kedelai, sebagaiakibat tersedianya varietas unggul di Indonesia dapat dilihat
pada kurun 1930 – 1950produktivitas rata-rata sekitar 0,5 t/ha, tahun 1950 –
1970 produktivitas meningkatmenjadi 0,7 t/ha dan pada kurun waktu 1990 produksi
kedelai telah mencapai 1,1hingga 1,2 t/ha. Pada petak percobaan, hasil kedelai
umumnya telah mencapai di atas2,0 ton/ha.
Hingga
November 2007, Pemerintah Indonesia telah berhasil melepas sebanyak 64 varietas
kedelai (belum termasuk yang dilepas oleh Universitas Pajajaran). Padaumumnya
varietas kedelai yang dilepas pada kurun waktu lima tahun terakhir
sebagiantelah memenuhi permintaan konsumen dan telah diarahkan untuk adaptasi
spesifik.
Pada
tahun 2001 hingga 2007, Departemen Pertanian telah berhasil melepas beberapa
varietas kedelai untuk adaptasi lahan sawah (Tabel 3), lahan kering masam.
Tingkat
adopsi petani terhadap varietas unggul masih sangat lamban, karenanya sosialisasi
varietas perlu dilakukan secara intensif. Petani di Provinsi Jambi
telahmelakukan penanaman varietas unggul Wilis, Slamet, Baluran dan Anjasmoro
dengantingkat hasil antara 1,0 – 1,80 t/ha (Adisarwanto et al, 2007).
Penelitian PTT kedelaidengan menggunakan varietas Anjasmoro, dan diikuti oleh
penambahan pupuk kandang1000 kg/ha dan dolomit 300 kg/ha mampu memberikan hasil
biji 2,11 t/ha, atau 30%lebih tinggi dibandingkan hasil rata-rata petani (1,62
t/ha) yang menggunakan varietasWilis, Baluran dan Anjasmoro (Taufiq et al., 2007).
Inovasivarietas unggul yang diikuti dengan perbaikan budidaya mampu
mengoptimalkan hasilkedelai di Provinsi Jambi.
1.2
Tujuan Percobaan
Tujuan
dilaksananakan percobaan ini adalah:
1.
Mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan tanaman kedelai.
2.
Mengetahui budidaya tanaman kedelai.
3.
Mengetahui hama dan
penyakit pada tanaman kedelai.
4.
Mengetahui penanganan
panen dan pascapanen pada tanaman
kedelai.
5.
Mengetahui pengaruh
pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.
1.3
Manfaat
Manfaat
dari kegiatan praktikum ini adalah setelah melakukan kegiatan praktikum ini
mahasiswa dapat mengetahui cara-cara pengolahan tanah sampai pemanenan untuk
budidaya tanaman kedelai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
Kedelai
(Glycine max (L) Merrill) mempunyai peranan cukup besar dalam memenuhi kebutuhan
gizi masyarakat.Komoditi tersebut merupakan sumber protein nabati yang efesien
dan menduduki tempat pertama diantara tanaman kacang-kacangan.
Salah
satu penghambat yang dapat menurunkan produksi kedelai adalah gangguan penyakit
yang disebabkan oleh serangan jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Semangun
(1991) mengemukakan bahwa penyakit oleh S. rolfsii Sacc merupakan
penyakit potensial pada tanaman kedelai karena tanaman yang terserang akan mati
dan patogen dapat bertahanlama di dalam tanah dalam bentuk sklerotia.
Penyakit
oleh S. rolfsii Sacc ini sering ditemukan serangannya pada kedelai baik
lahan kering, tadah hujan maupun lahan pasang surut dengan intensitas serangan
sebesar 5-55 %. Tingkat serangan lebih dari 5 % di lapang sudah dapat merugikan
secara ekonomi, tanaman kedelai yang terserang hasilnya akan rendah atau sama
sekali gagal panen. Kehilangan hasil oleh S. rolfsii Sacc dapat mencapai
30 %, kerugian ini sering terjadi pada lahan-lahan yang selalu ditanami tanaman
kedelai dan kacang-kacangan lainnya (Wahyuningsih, 2005).
Pengendalian
S. rolfsii selama ini hanya secara mekanis dengan mencabut dan membuang
tanaman yang sakit.Cara pengendalian tersebut kurang efektif karena patogen
masih mampu bertahan lama di dalam tanah, dengan membentuk organ pembiakan,
yaitu sklerosia. Sklerosia merupakan pemampatan dari himpunan miselia jamur,
warnanya kecoklatan, berbentuk butiran kecil dengan diameter 1 mm, berkulit
keras, dan mampu bertahan lama (dorman) di tanah dan residu tanaman.(Rahayu,
2008)
Punja
(1988) menyatakan bahwa S. rolfsii dapat dikendalikan melalui beberapa
cara seperti aplikasi fungisida, solarisasi tanah, rotasi tanaman, dan
penggunaan mikroorganisme antagonis dalam upaya pengendalian penyakit secara
hayati. Saat ini pengendalian hayati semakin mendapat perhatian dalam
perlindungan tanaman dari serangan organisme pengganggu.Pengendalian hayati
adalah cara pengendalian yang ramah lingkungan dan prospektif dikembangkan
untuk mengurangi penggunaan fungisida kimia yang semakin mahal. Dalam
pengendalian hayati digunakan berbagai jenis mikroba yang bersifat antagonis
terhadap patogen, sehingga mampu berperan sebagai biopestisida (Hamdan et al.
1991).Salah satu agen pengendali hayati adalah bakteri endofit yang diisolasi
langsung dari dalam jaringan tanaman.
Bakteri
endofit adalah mikroba yang hidup di dalam jaringan tanaman pada periode
tertentu dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa
membahayakan inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa
mikroba endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder
yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik (genetic
recombination) dari tanaman inangnya ke dalam mikroba endofit.
2.2 Botani Tanaman Kedele
Kedele merupakan tanaman asli daratan cina dan
telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin
berkembangnya perdagangan antar Negara yang terjadi pada awal abad ke 19,
menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai Negara ujuan
perdagangan yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika.
Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke 16.Awal mula penyebaran dan
pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa kemudian berkembang ke Bali, Nusa
Tenggara dan daerah lainnya. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama
bertani yaitu Glycinrsoja dan Sojamax.
Pauji (2009) tanaman kedele memiliki
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L)
Merrill
Sistem perakaran kedelai terdiri
dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuhan
dari akar tunggang.Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif
yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya akar adventif terjadi
karena cekamam tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi (Suastika
dkk, 1997).
Kedelai berbatang agak tinggi 30-100
cm. Batang dapat membentuk 3-6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat
cabang menjadi berkurang.Tipe pertumbuhan batang dibedakan menjadi terbatas
(determinate), tidak terbatas (indeterminate) dan setengah terbatas
(semi-determinate). Tipe terbatas memiliki ciri berbunga serentak dan
mengakhiri pertumbuhan, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian
tengah. Tipe indeterminate memiliki ciri berbunga sacara bertahap dari bawah ke
atas dan terus tumbuh, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah.Tipe
semi-indeterminate berada diantara ke dua tipe tersebut (Pauji, 2009).
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk
daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih
berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga
(triofoliate leaves) yang tumbuh setelah masa perkecambahan. Bentuk daun
diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji.
Pada daun terdapat bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi (Adisarwanto,
2005 ). Tanaman kedelai memiliki daun majemuk.Daun majemuk beranak daun tiga,
berselang-seling.Helaian daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun majemuk
memiliki tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis dan
berwarna hijau ( Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Pembungaan berbentuk tandan aksilar
atau terminal berisi 3 - 30 kuntum bunga.Bunganya kecil berbentuk kupu-kupu dan
berwarna lembayung atau putih.Daun kelopak berbentuk tabung.Benang sarinya
sepuluh helai dan berbentuk bonggol.Polong agak bengkok dan pipih biasanya
berisi 2 - 3 butir biji tetapi ada yang sampai 5 butir (Maesen and Somaatmadja,
1992).Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan.Pada suhu
tinggi, jumlah sinar matahari yang masuk pada ketiak tangkai daun lebih banyak.
Hal ini akan meransang pembentukan bunga. Tidak semua bunga dapat menjadi
polong walaupun telah terjadi penyerbukan.Sekitar 60 % bunga rontok sebelum
membentuk polong (Adisarwanto, 2005).
Buah kedelai berbentuk polong,
setiap buah berisi 1 - 4 biji, tetapi rata-rata berisi 2 biji.Polong kedelai
berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan
buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman atau
kecoklatan. Jumlah polong per tanamn bervariasi tergantung varietas, kesuburan
tanah dan jarak tanam (Suastika, dkk, 1997)
2.3 Syarat Tumbuh
2.3.1 Iklim
Kedelai
dapat dibudidayakan mulai dari daerah katulistiwa sampai letak lintang 550 LU
atau 550 LS dengan ketinggian sampai 2000 meter dari permukaan laut. Suhu
optimun untuk pettumbuhannya adalah 210C – 320C
(http://aliimpoenya.wordpres.com, 2009).
Suhu
tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 300 C. Bila tumbuh pada
suhu tanah yang rendah (150 C), proses perkecambahan akan jadi lambat.
Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan
tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 400 C pada masa berbunga, bunga
tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji yang terbentuk menjadi
berkurang ( Adisarwanto, 2005 ).
Curah
hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang
pemasakan buah akan meningkatkan hasil kedelai. Untuk panen yang baik curah
hujan 500 mm per musim.Curah hujan optimal 100-200 mm/ bulan. Gangguan
kekeringan selama masa pembungaan akan mengurangi pembentukan polong, tetapi
pengurangan produksi lebih terasa pada tahap pengisian polong dari pada tahap
pembungaan (Tindall, 1983).
2.3.2 Tanah
Tanaman
kedelai dapat tumbuh baik jika dreanase dan aerase tanah baik, untuk dapat
tumbuh subur kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, serta kaya akan
bahan organik. Bahan organik yang cukup akan memperbaiki dan menjadi bahan
makanan bagi organisme dalam tanah (Suprapto,1999).
Tanah
yang dapat ditanami kedelai memiliki air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya
cukup.Tanah yang mengandung liat tinggi sebaiknya diadakan perbaikan draenase
dan aerase sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen. Tanaman kedelai dapat
tumbuh pada jenis tanah alluvial, regosol, gumusol, latosol dan andosol
(Suprapto,1999).
Keasaman
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sebab keasaman tanah mempengaruhi pada
jumlah unsur hara yang bisa diserap oleh tanaman, kondisi keasaman yang baik
adalah 6-7 pada kondisi ini semua unsur hara paling banyak tersedia sehingga
penyerapan unsur hara menjadi efektif (Isnaini, 2006).
Jika
pH 5,5 atau pada tanah masam pertumbuhan bintil akar akan terhambat sehingga
proses pembentukan nitrifikasi akan berjalan kurang baik serta kedelai dapat
keracunan alumunium (Najiyati dan Danarti, 1999).
Bekas Cacing (Kascing)
Keberadaan
berbagai mikroba tanah sesungguhnya sangat diperlukan karena sangat berperan
melepaskan atau memproduksi unsur hara yang dibutuhkan tanaman, seperti halnya
cacing tanah.Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita.Namun
hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan
manusia (Nuryati, 2004).
Cacing
makhluk fauna berukuran kecil yang membuat lorong pada tanah, memakan tanah dan
menghaluskan bahan organik.Kegiatan cacing didalam tanah bukanlah suatu
kegiatan sia-sia sebab sisa kotoran cacing ini tertinggal di permukaan tanah
juga tertinggal di lorong tanah yang dilewatinya, produk inilah yang disebut
kascing.Kelebihan kascing sendiri adalah adanya keseimbangan unsur hara baik
makro maupun mikronya (Palungkun, 1999).
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh IPPTP Mataram (2001) mengatakan bahwa kascing
mengandung banyak mikroba tanah yang berguna, seperti aktinomisetes 2,8 x 106
sel/g Berat Kering, bakteri 1,8 x 10 8 sel/g BK dan fungi 2,6 x 105 sel/g BK
dengan adanya mikroorganisme tersebut berarti kascing mengandung senyawa yang
sangat diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah atau untuk pertumbuhan
tanaman antara lain bakteri Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N
non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Pemakaian
pupuk kascing yang dikombinasikan dengan pupuk kimia dapat mengurangi pemakaian
pupuk kimia sampai 25% dari dosis pupuk kimia yang dianjurkan.Secara fisik
kascing dapat menggemburkan tanah serta memperbaiki aerase tanah yang dapat
menyokong perkembangan akar tanaman, selain itu kascing juga dapat memperbaiki
sifat kimia tanah, menambah mikroba tanaman sehingga tanah sehat dan hasil
tanaman meningkat (Mulat, 2003).
Pupuk
Posfat dan Perananya Pada Tanaman
Tanaman
kedelai memerlukan unsur P dalam setiap masa pertumbuhannya.Tanaman lebih
banyak menyerap H2PO4 dibandingkan HPO4 dan PO4. Posfat didalam tanah mudah
tersedia pada pH tanah antara 5,5 – 7,0 jika pH tanah berada diatas atau
dibawah kisaran tersebut maka serapan P oleh tanaman akan menyusut (Hasibuan,
2006).
Status
hara tanaman kedelai dan tanah di dalam bertanam kedelai erat kaitanya dengan
tingkat hasil tanaman yang dapat dinilai dan digambarkan.Periode penggunaan P
terbesar atau dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak pada kedelai adalah dimulai
pada pembentukan polong sampai kira-kira 10 hari biji berkembang penuh.Hal ini
disebabkan karena P banyak terdapat didalam sel-sel tanaman.(Lakitan, 2004).
Keadaan
ini berhubungan dengan fungsi dari P dalam metabolisme sel. Posfat dapat pula
dikatakan menstimulir pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman. Unsur
hara yang akan diserap oleh akar ditentukan oleh semua faktor yang mempengaruhi
ketersediaan unsur hara sampai unsur hara tersebut berada di permukaan akar
sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tanaman
(Agustina, 1990).
Pemberian
dosis pupuk P sebesar 0, 50 , 100 ,150 P2O5 ton/ha memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yang ditanam di tanah
Ultisol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk P ternyata
meningkatkan tinggi tanaman, jumlah cabang, berat kering tajuk, berat akar,
serapan P dan menurunkan nisbah tajuk/akar.Hasil menunjukkan bahwa dosis P2
(100 P2O5 ton/ha) memberikan pertumbuhan tanaman yang paling baik.
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian dosis 100 Kg P2O5/ha meningkatkan berat
kering akar 3,5 kali lipat dibandingkan kontrol (tanpa pemberian pupuk P).
Pemakaian dosis ini juga meningkatkan berat kering tajuk, jumlah cabang, jumlah
daun dan tinggi tanaman yang paling besar dibandingkan dengan dosis P lain.
Peningkatan ini diduga erat kaitannya dengan semakin tingginya jumlah P yang
terserap oleh tanaman.Posfat yang terserap ini digunakan untuk pembentukan akar
serta pertumnbuhan tanaman. Serta serapan posfat oleh tanaman dipengaruhi oleh
interaksi antara sumber asam humat dengan dosis P yang digunakan (Suhardi,
2007)
2.4 Morfologi Tanaman Kedele
Tanaman
kedele umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman
semusim.Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yitu akar,
batang, daun, bunga, polong, dan biji.
Akar
kedelai mulai muncul disekitar misofil. Kemudian akar muncul kedalam tanah,
sedangakan kotiledon akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan dari
hipokotil. Akar tanaman kedelai terdiri dari akar tunggang dan akar sekunder
yang tumbuh dari akar tunggang.Untuk memperluas permukaan kontaknya dalam
menyerap unsur hara, akar juga membentuk bulu-bulu akar.Bulu akar merupakan
penonjolan dari sel-sel epidermis akar.Pada akar terdapat bintil-bintil akar
yang berkoloni dari bakteri Rhizhobium japonicum yang terbentuk di akar, yang
dapat mengikat N, bersimbiosa dengan tanaman (Suprapto, 1999).
Bintil
akar dapat terbentuk pada tanaman kedelai muda setelah ada akar rambut pada
akar utama atau akar cabang.Bintil akar dibentuk oleh Rhizobium japonicum. Akar
mengeluarkan triptofan dan substansi lain yang menyebabkan perkembangan pesat
dari populasi bakteri yang menyebabkan akar rambut melengkung sebelum bakteri
menginfeksi ke dalamnya. Gejala ini tidak tampak apabila infeksi terjadi pada
akhir pertumbuhan akar rambut (Hidajat, dkk, 1985).
Batang
kedelai yang masih muda setelah perkecambahan menurut AAK (1991) dibedakan
menjadi dua bagian yaitu hipokotil dan epikotil.Hipokotil adalah bagian batang
dibawah keping biji yang belum lepas sampai ke pangkal batang, sedangkan
epicotil adalah bagian batang yang berada diatas keping biji.Sistem pertumbuhan
batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate adalah tipe
pertumbuhan pucuk batang yang jika tanaman telah berbunga pertumbuhan batangnya
terhenti dan tipe indeterminate adalah pertumbuhan pucuk batang dapat terus
berlangsung walaupun tanaman telah mengeluarkan bunga (Adisarwanto, 2005).
Daun
kedelai berwarna hijau, mempunyai dua bentuk daun, yaitu stadia kotiledon yang
tumbuh saat masih kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai
tiga yang tumbuh setelah masa perkecambahan.Daun berbentuk bulat (oval), yang
mempunyai bulu. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. kepadatan
bulu berkisar 3-20 buah/mm. pada varietas anjasmoro kepadatan bulu jarang
(Adisarwanto, 2005).
Kedelai
dapat berbunga ketika memasuki stadia reproduktif yaitu 5-7 minggu bergantung
pada varietas.Bunga kedelai umumnya muncul pada ketiak tangkai daun.Jumlah
bunga yang ada pada setiap tangkai daun beragam, antara 2-25 bunga
(Adisarwanto, 2005).Penyerbukan bunga berlangsung secara sendiri dengan tepung
sari sendiri karena pembuahan terjadi sebelum bunga kedelai mekar (AAK, 1991).
Polong
pertama kali muncul sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama.Polong
berwarna hijau, Panjangnya polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong terbentuk
pada setiap ketiak daun sangat beragam, antara 1-10 polong dalam setiap
kelompok.Dalam satu polong berisi 1-4 biji.Bentuk biji kedelai pada umumnya
bulat lonjong, ada yang bundar bulat agak pipih (Adisarwanto, 2005).
2.5 Lingkungan Tumbuh
2.5.1 Gulma pada Pertanaman Kedelai
Gulma
adalah tanaman yang tidak dikehendaki yang tumbuh bersama tanaman kedelai yang
sedang diusahakan, serta sisa-sisa tanaman sebelum pelaksanaan penangkaran
benih. Tanaman-tanaman tersebut merupakan kompetitor atau pesaing dalam
pemanfaatan air, zat hara tanah, sinar matahari, dan ruang di sekitar tanaman
kedelai, bahkan berperan sebagai inang hama serta penyakit tertentu. Akumulasi
dari tingkat persaingan oleh gulma tersebut tampak nyata di lahan.Pada
tempat-tempat yang telah ditumbuhi gulma, tanaman kedelai tidak dapat tumbuh
dengan baik.Menurut Soetikno S. Sastroutomo (1990) penurunan hasil akibat
kompetisi gulma pada pertanaman kedelai dapat mencapai 10-50%.
Pada
prinsipnya, pengendalian gulma dapat dilakukan secara kultur teknis, mekanis,
biologis, dan khemis. Pengendalian gulma pada penangkaran benih kedelai
ditekankan pada perlakukan kultur teknis dan cara mekanis. Oleh karena itu,
pengolahan tanah dan perlakukan penyiangan tanaman serta roguing perlu
dilakukan secara intensif.
2.5.2 Hama Tanaman Kedelai
Jenis
hama yang biasa menyerang tanaman kedelai relatif banyak, baik yang berpotensi
merusak tanaman dalam katagori ringan hingga berat, mengakibatkan penurunan
produksi, dan bahkan mengakibatkan tanaman fuso (tidak menghasilkan).
I.
Hama Perusak Bibit
a.
Lalat Kacang
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan lalat
kacang adalah terdapatnya bintik-bintik putih pada keping biji, daun pertama,
atau daun kedua, yakni bekas tusukan alat peletak telur. Gejala yang lain
adalah terdapat liang berupa alur atau garis lengkung berwarna coklat, bekas
gerekan larva.
b.
Penggerek Batang
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penggerek
batang adalah terdapatnya bintik-bintik putih pada daun tanaman muda, tempat
imago meletakkan telurnya.Kerusakan lebih lanjut berupa lubang gerekan oleh
larva pada daun, tangkai daun, dan batang.Kadang ranting yang digerek menjadi
patah.
c.
Penggerek Pucuk
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penggerek
pucuk adalah terdapatnya bekas tusukan alat peletak telur pada permukaan daun
bagian atas.Selanjutnya, terdapat lubang gerekan larva pada daun, tulang daun,
tangkai daun dan pucuk daun.Daun pucuk menjadi layu, mengering, dan mati,
kemudian terbentuk banyak cabang baru namun kurang produktif.
Pengendalian
hama perusak bibit dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: Penanaman
penangkaran benih kedelai secara serempak; sanitasi kebun, roguing tanaman yang
menunjukkan gejala sakit; dan penyemprotan dengan larutan insektisida, bila
intensitas serangan pada tanaman yang berumur kurang dari sepuluh hari mencapai
2% atau lebih.
II
Hama Perusak Daun
Beberapa
jenis hama yang menyerang daun tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
a.
Kumbang Daun Kedelai
Gejala kerusakan
tanaman akibat serangan hama ini terlihat pada pucuk tanaman, daun, bunga dan
polong. Serangan pada tanaman muda dapat mengakibatkan kematian.Serangann pada
fase selanjutnya, mengakibatkan terganggunya pembentukan bunga, pembentukan
polong, dan pengisian biji sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas biji
kedelai.
b.
Ulat Grayak
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat ini
adalah daun tanaman habis (hanya tersisa tulang daun), polong muda rusak, atau
seluruh tanaman rusak.Gejala yang nampak tergantung pada jenis tanaman yang
diserang dan intensitas serangan larva muda serta larva dewasa.
c.
Kumbang Tanah Kuning
Gejala kerusakan akibat serangan kumbang tanah
kuning adalah terdapatnya lubang-lubang kecil bekas gigitan serangga pada
keping biji, daun muda, pucuk, atau cabang tanaman.
d.
Ulat Jengkal
Gejala kerusakan akibat serangan ulat jengkal adalah
kerusakan daun dari arah pinggir.Serangan berat mengakibatkan kerusakan daun
hingga hanya tersisa tulang-tulang daun.
e.
Ulat Penggulung Daun
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat
penggulung daun adalah daun terlihat menggulung dengan bagian atas merekat.Jika
dibuka, pada bagian dalam terlihat bahwa tulang daun telah dimakan ulat.
f.
Ulat Pelipat Daun
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini
adalah pinggiran helaian daun merekat. Larva tinggal di daun yang merekat
tersebut dan merusak jaringan sepanjang tulang daun.
Pengendalian
hama perusak daun dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai
berikut:
1. Penanaman serentak sehingga periode
vegetatif terjadi secara serempak
2. Pengolahan tanah secara baik untuk mematikan
hama yang berada di dalam tanah
3. Pemusnahan kelompok telur yang
ditemukan
4. Pengamatan dini untuk menentukan
penanggulangan dengan insektisida
III.
Hama Perusak Polong
Beberapa
jenis hama yang sering ditemukan merusak polong tanaman kedelai adalah sebagai
berikut:
a.
Penggerek Polong
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini
adalah terdapatnya bintik atau lubang berwarna cokelat tua pada kulit polong,
bekas jalan masuk larva ke dalam biji. Seringkali, pada lubang bekas gereka
terdapat butir-butir kotoran kering yang berwarna coklat muda dan terikat
benang pintal atau sisa-sisa biji terbalut benang pintal.
b.
Kepik Polong
c.
Kepik Hijau
Kepik Hijau dikenal dengan nama Nezara viridula,
Green Stink Bug, dan Lembing Hijau. Hama ini merupakan salah satu hama utama
pada tanaman kedelai dan bersifat polifag. Tanaman inang hama ini antara lain
padi, kacang hijau, tanaman kacang-kacangan, orok-orok dan kentang.
Pengendalian
hama perusak polong dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain pergiliran
tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan
pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup
efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 %
atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau
dewasa pada umut 45 hari setelah tanam.
IV.
Hama Kutu
Hama
kutu yang sering ditemukan menyerang pertanaman kedelai antara lain sebagai
berikut:
a.
Kutu Kebul
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan kutu kebul
adalah terdapatnya kutu-kutu berwarna pucat sampai kuning kehijauan pada bagian
bawah daun atau daun pucuk.Kadang-kadang juga terdapat cendawan jelaga yang
hidup dari ekskreta kutu yang berupa embun madu.Serangan berat menyebabkan daun
tanaman tampak terhambat pertumbuhannya, mengerupuk, dan lebih kaku.
b.
Kutu Aphis
Kutu aphis juga dikenal dengan nama Aphis sp., Aphid
atau secara umum disebut kutu. Kutu aphis menyerang daun muda pada berbagai
jenis tanaman antara lain kacang-kacangan, terutama pada akhir musim hujan dan
musim panas. Serangan kutu aphis terhadap daun tanaman muda menyebabkan daun
menjadi kerdil dan lebih banyak polong yang kurang berisi.
Hama
Gudang
Gejala
serangan kumbang bruchus pada biji kedelai dikenali dengan adanya lubang-lubang
pada butiran kedelai.Biji kedelai yang terserang bruchus juga merupakan tempat
berlindung serangga.Kadang-kadang tampak serangga keluar dari dalam lubang
gerekan.
Pengendalian
hama kumbang bruchus dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan gudang dan
dengan cara fumigasi, antara lain menggunakan methyl bromida sesuai petunjuk
teknis.
2.5.3 Penyakit Tanaman Kedelai
Beberapa
jenus penyakit yang sering ditemukan menyerang pertanaman kedelai adalah
sebagai berikut:
1.
Karat Kedelai
Pengendalian
penyakit karat kedelai dapat dilakukan dengan beberapa cara. Oleh karena
intensitas serangan penyakit ini dipengaruhi oleh kelembaban, curah hujan,
intensitas sinar matahari, dan kerapatan daun tanaman; maka perlu digunakan
varietas kedelai yang toleran antara lain Sompo, Kerinci, Polosari, dan
Tambora, terutama di daerah kronis. Pengendalian juga dilakukan dengan mengatur
jarak tanam dan perlakukan budidaya tanaman secara benar.Jika dipandang perlu,
juga dapat dilakukan pengendalian dengan penyemprotan fungsisida.
2.
Kerdil Kedelai
Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan penyakit kerdil kedelai adalah tanaman tumbuh
kerdil, pada helai daun tampak adanya mosaik, daun agak menggulung dan keriput,
dan tulang daun terang (vein clearing).Gejala khas yang menunjukkan adanya
serangan penyakit ini adalah terdapatnya belang coklat yang konsentris pada
kulit biji yang terserang virus.
3.
Mosaik Kedelai
Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan penyakit mosaik kedelai adalah daun melilit,
melengkung, tulang daun jernih (vein clearing), mosaik, berwarna lebih tua
dibandingkan dengan daun yang sehat, dan rapuh.Gejala khas yang nampak pada
kulit biji yang terserang virus adalah terdapatnya belang coklat yang radial.
4.
Mosaik Kuning Kedelai
5.
Katai Kedelai
Pengendalian
penyakit yang disebabkan oleh virus dilakukan dengan menerapkan prinsip
pengendalian terpadu melalui beberapa cara antara lain penggunaan benih yang
sehat dan bebas virus, pelaksanaan tehnik budidaya tanaman secara sehat, dan
penyemprotan dengan insektisida untuk menekan perkembangan aphis.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Ruang Lingkup Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Adapun data yang diperlukan dalam praktikum ini adalah ;
- Penerapan Teknologi Pertanian,
yakni pengolahan tanah, penggunaan bibit unggul, irigasi, pemupukan dan
perlindungan tanaman.
- Memperhatikan tinggi tanaman,
jumlah cabang primer, jumlah polong dan berat sampel pertanaman.
3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Percobaan
ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu Maret 2012 – Juli 2012. Penanaman
dilaksanakan pada 21 Maret 2012.
Pengamatan dilaksanakan setiap hari rabu dan akhir pengamatan pada 11 Juli
2012.Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan fakultas pertanian
universitas jambi.
3.3 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada saat praktikum yaitu Cangkul, parang, tali rafia, tugal,
meteran, mistar, alat tulis, gembor, plastik dan timbangan.
Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan yaitu benih kedelai dengan varietas Kawi, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk KCl,
pupuk kandang, insektisida dan air.
3.4 Rancangan Percobaan
Percobaan
ini dilakukan tanpa memberikan perlakuan yang berbeda pada tiap tanaman.
petakan percobaan berukuran 6 m x 4 m. Jarak tanam yang digunakan 40 cm x 30
cm. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman.
3.4 Prosedur Pelaksanaan Praktikum
1. Persiapan Lahan
Dalam
mempersiapkan lahan untuk menanam kedelai yang dilakukan adalah membersihkan
areal lahan dan membuat petakan tanah yang berukuran 1m x4 m yang terdapat 50
lubang dan setiap lubang berukuran 10cm x20cm .
2.
Pemupukan Organik
Pemberian
pupuk organik dilakukan hanya satu kali, dengan pupuk kandang pada tanah yang
yang kurang subur. Pemupukan organik dilakukan pada minggu ketiga bulan
oktober, tepatnya tanggal 10 Maret 2012.
3. Penanaman benih kedelai
Benih kedelai
yang ditanam yaitu dengan populasi 2 setiap lubang.Namun, setelah benih tumbuh
menjadi tanaman, satu tanaman dipotong atau dicabut sehingga populasi menjadi
satu tanaman setiap lubang.
4.
Pengairan
Menggunakan gembor, dilakukan dua kali
sehari pada pagi dan sore hari.Bila hari hujan, penyiraman tidak perlu
dilakukan.
5.
Pemberian pupuk (pemupukan)
Pemberian pupuk
dilakukan hanya satu kali, yaitu pemberian pupuk urea, pupuk KCl, dan SP36
dosis pemberian pupuk urea harus sesuai dengan kadarnya.
6.
Perawatan
Dimulai dari
awal Maret 2012 sampai Juli 2012, perawatan tanaman kedelai dilakukan selama
pratikum mulai dari penanaman benih sampai sebelum panen, penyemprotan
psestisida terhadap tanaman kedelai.Perawatan yang dilakukan adalah melakukan
pengairan (penyiraman tanaman), pemupukan, dan penyemprotan pestisida.
Sedangkan
pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai dilakukan satu minggu sekali, setiap
hari rabu dimulai sejak tanaman kedelai berumur dua minggu sampai tanaman
berumur dua belas minggu. Parameter yang diamati dalam pratikum ini adalah
tinggi tanaman, jumlah cabang utama, jumlah polong pertanam, panjang akar, dan berat polong yang
dihasilkan. Pengamatan dilakukan pada tiga sampel tanaman yang dipilih secara
acak.
7. Pemanenan
Pemanenan
dilakukan pada saat tanaman sudah mulai menguning daunnya. Pemanenan dilakukan
dengan cara memangkas bagian bawah batang kemudian diambil polongnya. Lalu
polong pada tanaman sampel, hasil panen ditimbang beratnya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil praktikum
Hasil
Praktikum
Hasil pengamatan praktikum untuk pada pertumbuhan
dan perkembangan tanaman kedelai, dengan mengambil 3 sampel pada tiap lobang
adalah sebagai berikut :
Sampel I
Sampel
I terdiri dari 1 jenis tanaman pada 1 lobang, dengan hasil pengamatan sebagai
berikut :
No
|
Pengamatan
|
Keterangan
|
Rata-rata
|
1
|
Panjang akar
|
7 cm
|
7 cm
|
2
|
Panjang batang utama
|
85 cm
|
85 cm
|
3
|
Jumlah cabang utama
|
4
|
4
|
4
|
Jumlah nodus utama
|
12
|
12
|
5
|
Jumlah nodus total
|
20
|
20
|
6
|
Jumlah polong isi
|
70
|
70
|
7
|
Jumlah polong hampa
|
1
|
1
|
8
|
Berat total biji
|
20 gr
|
20 gr
|
Sampel II
Sampel
II terdiri dari 2 jenis tanaman pada 1 lobang, dengan hasil pengamatan sebagai
berikut :
No
|
Pengamatan
|
Keterangan
|
Rata-rata
|
|
Tanaman A
|
Tanaman B
|
|||
1
|
Panjang akar
|
15,5 cm
|
15,5 cm
|
15,5 cm
|
2
|
Panjang batang utama
|
88 cm
|
85 cm
|
86,5 cm
|
3
|
Jumlah cabang utama
|
5
|
3
|
4
|
4
|
Jumlah nodus utama
|
15
|
12
|
13,5
|
5
|
Jumlah nodus total
|
33
|
24
|
28,5
|
6
|
Jumlah polong isi
|
96
|
96
|
96
|
7
|
Jumlah polong hampa
|
1
|
-
|
0,5
|
8
|
Berat total biji
|
80 gr
|
80 gr
|
Sampel III
Sampel
III terdiri dari 2 jenis tanaman pada 1 lobang, dengan hasil pengamatan sebagai
berikut :
No
|
Pengamatan
|
Keterangan
|
Rata-rata
|
|
Tanaman A
|
Tanaman B
|
|||
1
|
Panjang akar
|
7 cm
|
9 cm
|
8 cm
|
2
|
Panjang batang utama
|
89 cm
|
80 cm
|
84,5 cm
|
3
|
Jumlah cabang utama
|
2
|
2
|
2
|
4
|
Jumlah nodus utama
|
12
|
12
|
12
|
5
|
Jumlah nodus total
|
15
|
20
|
17,5
|
6
|
Jumlah polong isi
|
46
|
60
|
53
|
7
|
Jumlah polong hampa
|
1
|
3
|
2
|
8
|
Berat total biji
|
21 gr
|
21 gr
|
4.2 Pembahasan
1.
Luas petakan dan jarak tanam
Petakan tanam
yang dibuat dalam praktikum ini berukuran 1 m x 4 m, jadi luas petakannya
adalah 4 m2. Dalam penanaman setiap lubang tanam adalah satu
populasi, sehingga yang digunakan adalah 40 cm x 30cm dan populasi tanaman
sehingga dalam 1 petakan terdapat 50 lubang.
Pengolahan tanah
bertujuan untuk membuat tanah jadi gembur dan membersihkan lahan dari
rumput-rumputan, kayu, dan lain-lain.Di lahan pasang surut, sewaktu pengolahan
tanah perlu memperhatikan kedalaman lapisan parit.
• Alat yang
digunakan untuk mengolah tanah adalah cangkul dan parang.
• Pengolahan
tanah dilakukan secara sempurna (dua kali).
• Kedalaman
pengolahan tanah di lahan potensial dan sulfat masam sekitar 20 cm.
2.
Pemupukan Organik
Untuk pemupukan
organik, digunakan pupuk kandang secukupnya pada lahan yang kurang subur.
3.
Penanaman
Kedelai
dibudidayakan secara tunggal (monokultur). Benih ditanam secara tugal yang
terbuat dari kayu biasa yang ringan dengan diameter 4cm. Dengan jarak tanam 40
cm x 30 cm, jumlah benih 2 biji per lubang tanam, benih yang sudah ditaruh di
lubang tanam dan ditutup dengan tanah.
4.
Pengairan
Penyiraman
tanaman kedelai dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.Bila hari hujan
tanaman kedelai tidak perlu disiram lagi. Penyiraman dilakukan dengan
menggunakan gembor.
Bertujuan agar
tanaman tidak kekurangan air selama hidupnya, dan pertumbuhan tanaman dapat
berlangsung dengan baik, dan pengangkutan zat makanan dapat di transport dengan
bantuan air pada tanaman.
5.
Penggunaan pupuk
Dalam praktikum
ini pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, SP36, dan KCl. Pupuk diberikan
setelah 2 minggu. Dosis pupuk yang digunakan untuk pupuk Urea 20 gr/4m2,
pupuk KCl 40 gr/4m2, dan pupuk SP36 40 gr/m2.
6.
Pengendalian gulma secara mekanis /
manual.
Untuk
pengendalian gulma pada tanaman kedelai ini, cukup dilakukan secara manual, yaitu
dengan menggunakan tangan atau parang. Dilakukan setiap tanaman kedelai
terganggu oleh tumbuhnya gulma.
7.
Pengamatan tanaman kedelai terakhir
Dari hasil
pengamatan pertama sampai dengan pengamatan terakhir dapat dilihat bahwa
tanaman kedelai masih pada berumur/stadia pertumbuhan vegetatif yang ditandai
dengan bertambahnya tinggi tanaman dan jumlah daun yang terbentuk. Pada
pengamatan keenam. Pada 3 tanaman sampel sudah terbentuk polong tetapi masih
kecil dan pada pengamatan ke tujuh. Pada semua sampel sudah terbentuk polong
dan terisi dan pada pengamatan terakhir , polong kedelai yang terbentuk sudah
cukup tua dan siap dipanen untuk ukuran konsumsi, sehingga pemanenan dilakukan
pada saat tanaman kedelai berumur kurang lebih 12 minggu.
Pengamatan daya
tumbuh yang terakhir dilakukan pada minggu kedua bulan Juni. Pada pengamatan
daya tumbuh terakhir
8.
Perlindungan hama dan penyakit
Hasil kedelai
akan menurun apabila terserang hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang
tanaman kedelai di lahan pasang surut antara lain lalat bibit, penggerek
polong, dan penghisap polong. Jenis penyakit yang sering merusak tanaman
kedelai yaitu karat daun. Salah satu cara untuk mencegah serangan hama dan
penyakit kedelai adalah menggunakan obat-obatan.
Pestisida yang
digunakan adalah Decis dengan takaran 2 tutup botol, bertujuan untuk melindungi
tanaman dari hama dan penyakit pada tanaman kedelai.
9.
Perhitungan tinggi tanaman
Perhitungan
tinggi tanaman dilakukan pada tanggal 5 Mei 2012 dengan menggunakan meteran
atau mistar. Pengukuran dilakukan pada leher akar sampai pucuk daun kedelai,
dan diketahui tinggi tanaman kedelai adalah 53 cm.
10.
Pengamatan daun dan bunga
Pengamatan daun
dan bunga dilakukan pada minggu pertama Mei. Bertujuan untuk mengetahui apakah
tanaman kedelai sudah tumbuh bunga atau belum, dan mengamati daun-daun yang
mulai menguning, atau terkena penyakit. Setelah diamati, diketahui, beberapa
daun tanaman sudah mulai menguning, dan ada yang terkena penyakit tanaman.
11.
Pengamatan perubahan bunga menjadi
polong.
Dilakukan pada
minggu kedua dan ketiga bulan Mei. Bertujuan untuk mengetahui perubahan bunga
menjadi polong. Setelah diamati, diketahui banyak bunga yang sudah berubah
menjadi polong.
12.
Penyemprotan
Dilakukan pada
minggu ketiga bulan Mei. Penyemprotan terakhir menggunakan pesitisida decis
dengan takaran 2 tutup botol. Bertujuan untuk perlindungan dari hama dan
penyakit tanaman sebelum melakukan pemanenan.
13.
Pemanenan
Panen dilakukan
setelah semua daun tanaman sudah tua atau berwarna kuning. Panen menggunakan
parang untuk memotong tanaman sampai pada akarnya. Setelah dipanen, polong
kedelai yang masih melekat dibatangnya segera dijemur. Kemudian biji dirontok
dengan cara dipukul atau menggunakan mesin perontok bila tersedia. Setelah
dirontok, biji segera dijemur atau dikeringkan dengan sinar matahari. Biji
kemudian ditimbang. Biji yang akan dijadikan benih, disimpan dalam kantong
plastik yang agak tebal.
14.
Hasil panen tanaman kedelai
Pemanenan
tanaman kedelai dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur kurang lebih 12
minggu. Dari hasil panen tersebut yang diukur adalah berat polong kedelai,
serta jumlah polong pertanaman yang diambil dari tiga sampel yang dihasilkan. Dan
berat polong hasil panen tersebut berbeda antara tanaman sampel yang satu
dengan tanaman sampel yang lainnya. Berat polong kedelai (gram) adalah sebagai
berikut :
Sampel I : 30 gr
Sampel II : 80 gr
Sampel III : 28 gr
BAB
V
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan, dapat disimpulkan:
1. Pemupukan
mempengaruhi peningkatan hasil produksi tanaman kedelai.
2. Tanaman
kedelai rentan terhadap penyakit.
3.
Jumlah populasi tanaman dalam petakan
mempengaruhi jumlah hasil panen tanaman kedelai.
4.
Tanaman kedelai sangat berpengaruh
terhadap faktor lingungan.
5.
Penyilangan tanaman mempengaruhi lama
waktu pemanenan.
3.2
Saran
Dalam
melakukan percobaan perlu diperhatikan pemeliharaannya meliputi penyiangan,
penyiraman, dan pemupukan.Hal ini dilakukan agar hasil budidaya yang didapatkan
memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
S. 1976. Pengawetan Tanah dan Air.Departemen Ilmu-ilmu Tanah IPB. Bogor.
Budidaya
Tanaman Kedelai. http://pustaka
unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/Budidaya_tanaman kedelai.
Bari,
A.S, Musa dan E.Sjamsudin. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
De
Geus, J.G. 1968. Fertilizer Guide For Tropical and Sub-Tropical Farming. Center
D’Etude de l’Azote. Zurich.
Hakim,
N. 1986.Kesuburan Tanah dan Pemupukan.Kump. Bah. Kul.Fakultas Pertanian
Universitas Islam Riau Pekanbaru.
Harjadi,
S.S.M.M. 1980. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.
Ismal,
G. 1979.Ekologi Tumbuh-tumbuhan dan Tanaman Pertanian.Fakultas Pertanian
Universitas Andalas Padang. Padang.
Jumin,
B.H. 2005.Dasar-dasar Agronomi.Divisi Buku Perguruan Tinggi Pt Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Kamili,
Y. 1982. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.
Lucas,
G B, C.L. Cambell, and LT. Lucas, 1985.Introduction to Plant
Disease.Identification and Management. The Avi Publishing Co. Inc, Westpart.
Connecticut.
Makmur,
A. 1985.Pokok-pokok Pengantar Pemuliaan Tanaman.PT Bina AKsara. Jakarta.
Wilsie,
C.V. 1962. Crop Adaption and Distribution.W.H. Freeman dan Coy. London.
Winarno.F.G.
dan M. Arman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. PT. Satra Hudaya. Jakarta.
Yahya,
S. 1984. Ekologi Jurusan Tanaman Budidaya. Fakultas Pertanian. Institute
Pertanian Bogor. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar