Jumat, 13 Juli 2012


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Varietas unggul sebagai salah satu komponen teknologi budidaya kedelai telah diakui berperan penting dalam menopang dan meningkatkan produktivitas per satuanluas.Kesuksesan program Revolusi Hijau beberapa puluh tahun yang lalu merupakancontoh suksesnya peran pemuliaan tanaman. Peningkatan produksi kedelai, sebagaiakibat tersedianya varietas unggul di Indonesia dapat dilihat pada kurun 1930 – 1950produktivitas rata-rata sekitar 0,5 t/ha, tahun 1950 – 1970 produktivitas meningkatmenjadi 0,7 t/ha dan pada kurun waktu 1990 produksi kedelai telah mencapai 1,1hingga 1,2 t/ha. Pada petak percobaan, hasil kedelai umumnya telah mencapai di atas2,0 ton/ha.
Hingga November 2007, Pemerintah Indonesia telah berhasil melepas sebanyak 64 varietas kedelai (belum termasuk yang dilepas oleh Universitas Pajajaran). Padaumumnya varietas kedelai yang dilepas pada kurun waktu lima tahun terakhir sebagiantelah memenuhi permintaan konsumen dan telah diarahkan untuk adaptasi spesifik.
Pada tahun 2001 hingga 2007, Departemen Pertanian telah berhasil melepas beberapa varietas kedelai untuk adaptasi lahan sawah (Tabel 3), lahan kering masam.
Tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul masih sangat lamban, karenanya sosialisasi varietas perlu dilakukan secara intensif. Petani di Provinsi Jambi telahmelakukan penanaman varietas unggul Wilis, Slamet, Baluran dan Anjasmoro dengantingkat hasil antara 1,0 – 1,80 t/ha (Adisarwanto et al, 2007). Penelitian PTT kedelaidengan menggunakan varietas Anjasmoro, dan diikuti oleh penambahan pupuk kandang1000 kg/ha dan dolomit 300 kg/ha mampu memberikan hasil biji 2,11 t/ha, atau 30%lebih tinggi dibandingkan hasil rata-rata petani (1,62 t/ha) yang menggunakan varietasWilis, Baluran dan Anjasmoro (Taufiq et al., 2007). Inovasivarietas unggul yang diikuti dengan perbaikan budidaya mampu mengoptimalkan hasilkedelai di Provinsi Jambi.
1.2  Tujuan Percobaan
Tujuan dilaksananakan percobaan ini adalah:
1.      Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai.
2.      Mengetahui budidaya tanaman kedelai.
3.      Mengetahui hama dan penyakit pada tanaman kedelai.
4.      Mengetahui penanganan panen dan pascapanen pada tanaman kedelai.
5.      Mengetahui pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.

1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah setelah melakukan kegiatan praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui cara-cara pengolahan tanah sampai pemanenan untuk budidaya tanaman kedelai.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
Kedelai (Glycine max (L) Merrill) mempunyai peranan cukup besar dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.Komoditi tersebut merupakan sumber protein nabati yang efesien dan menduduki tempat pertama diantara tanaman kacang-kacangan.
Salah satu penghambat yang dapat menurunkan produksi kedelai adalah gangguan penyakit yang disebabkan oleh serangan jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Semangun (1991) mengemukakan bahwa penyakit oleh S. rolfsii Sacc merupakan penyakit potensial pada tanaman kedelai karena tanaman yang terserang akan mati dan patogen dapat bertahanlama di dalam tanah dalam bentuk sklerotia.
Penyakit oleh S. rolfsii Sacc ini sering ditemukan serangannya pada kedelai baik lahan kering, tadah hujan maupun lahan pasang surut dengan intensitas serangan sebesar 5-55 %. Tingkat serangan lebih dari 5 % di lapang sudah dapat merugikan secara ekonomi, tanaman kedelai yang terserang hasilnya akan rendah atau sama sekali gagal panen. Kehilangan hasil oleh S. rolfsii Sacc dapat mencapai 30 %, kerugian ini sering terjadi pada lahan-lahan yang selalu ditanami tanaman kedelai dan kacang-kacangan lainnya (Wahyuningsih, 2005).
Pengendalian S. rolfsii selama ini hanya secara mekanis dengan mencabut dan membuang tanaman yang sakit.Cara pengendalian tersebut kurang efektif karena patogen masih mampu bertahan lama di dalam tanah, dengan membentuk organ pembiakan, yaitu sklerosia. Sklerosia merupakan pemampatan dari himpunan miselia jamur, warnanya kecoklatan, berbentuk butiran kecil dengan diameter 1 mm, berkulit keras, dan mampu bertahan lama (dorman) di tanah dan residu tanaman.(Rahayu, 2008)
Punja (1988) menyatakan bahwa S. rolfsii dapat dikendalikan melalui beberapa cara seperti aplikasi fungisida, solarisasi tanah, rotasi tanaman, dan penggunaan mikroorganisme antagonis dalam upaya pengendalian penyakit secara hayati. Saat ini pengendalian hayati semakin mendapat perhatian dalam perlindungan tanaman dari serangan organisme pengganggu.Pengendalian hayati adalah cara pengendalian yang ramah lingkungan dan prospektif dikembangkan untuk mengurangi penggunaan fungisida kimia yang semakin mahal. Dalam pengendalian hayati digunakan berbagai jenis mikroba yang bersifat antagonis terhadap patogen, sehingga mampu berperan sebagai biopestisida (Hamdan et al. 1991).Salah satu agen pengendali hayati adalah bakteri endofit yang diisolasi langsung dari dalam jaringan tanaman.
Bakteri endofit adalah mikroba yang hidup di dalam jaringan tanaman pada periode tertentu dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman inangnya ke dalam mikroba endofit.
2.2 Botani Tanaman Kedele
 Kedele merupakan tanaman asli daratan cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar Negara yang terjadi pada awal abad ke 19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai Negara ujuan perdagangan yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke 16.Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara dan daerah lainnya. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama bertani yaitu Glycinrsoja dan Sojamax.
 Pauji (2009) tanaman kedele memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub divisio      : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Rosales
Famili              : Leguminosae
Genus              : Glycine
Spesies            : Glycine max (L) Merrill

Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuhan dari akar tunggang.Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya akar adventif terjadi karena cekamam tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi (Suastika dkk, 1997).
Kedelai berbatang agak tinggi 30-100 cm. Batang dapat membentuk 3-6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat cabang menjadi berkurang.Tipe pertumbuhan batang dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate) dan setengah terbatas (semi-determinate). Tipe terbatas memiliki ciri berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah. Tipe indeterminate memiliki ciri berbunga sacara bertahap dari bawah ke atas dan terus tumbuh, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah.Tipe semi-indeterminate berada diantara ke dua tipe tersebut (Pauji, 2009).
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (triofoliate leaves) yang tumbuh setelah masa perkecambahan. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Pada daun terdapat bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi (Adisarwanto, 2005 ). Tanaman kedelai memiliki daun majemuk.Daun majemuk beranak daun tiga, berselang-seling.Helaian daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun majemuk memiliki tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis dan berwarna hijau ( Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Pembungaan berbentuk tandan aksilar atau terminal berisi 3 - 30 kuntum bunga.Bunganya kecil berbentuk kupu-kupu dan berwarna lembayung atau putih.Daun kelopak berbentuk tabung.Benang sarinya sepuluh helai dan berbentuk bonggol.Polong agak bengkok dan pipih biasanya berisi 2 - 3 butir biji tetapi ada yang sampai 5 butir (Maesen and Somaatmadja, 1992).Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan.Pada suhu tinggi, jumlah sinar matahari yang masuk pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan meransang pembentukan bunga. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan.Sekitar 60 % bunga rontok sebelum membentuk polong (Adisarwanto, 2005).
Buah kedelai berbentuk polong, setiap buah berisi 1 - 4 biji, tetapi rata-rata berisi 2 biji.Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman atau kecoklatan. Jumlah polong per tanamn bervariasi tergantung varietas, kesuburan tanah dan jarak tanam (Suastika, dkk, 1997)

2.3 Syarat Tumbuh
2.3.1 Iklim
Kedelai dapat dibudidayakan mulai dari daerah katulistiwa sampai letak lintang 550 LU atau 550 LS dengan ketinggian sampai 2000 meter dari permukaan laut. Suhu optimun untuk pettumbuhannya adalah 210C – 320C (http://aliimpoenya.wordpres.com, 2009).
Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 300 C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (150 C), proses perkecambahan akan jadi lambat. Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 400 C pada masa berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji yang terbentuk menjadi berkurang ( Adisarwanto, 2005 ).
Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan buah akan meningkatkan hasil kedelai. Untuk panen yang baik curah hujan 500 mm per musim.Curah hujan optimal 100-200 mm/ bulan. Gangguan kekeringan selama masa pembungaan akan mengurangi pembentukan polong, tetapi pengurangan produksi lebih terasa pada tahap pengisian polong dari pada tahap pembungaan (Tindall, 1983).
2.3.2 Tanah
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik jika dreanase dan aerase tanah baik, untuk dapat tumbuh subur kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, serta kaya akan bahan organik. Bahan organik yang cukup akan memperbaiki dan menjadi bahan makanan bagi organisme dalam tanah (Suprapto,1999).
Tanah yang dapat ditanami kedelai memiliki air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup.Tanah yang mengandung liat tinggi sebaiknya diadakan perbaikan draenase dan aerase sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada jenis tanah alluvial, regosol, gumusol, latosol dan andosol (Suprapto,1999).
Keasaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sebab keasaman tanah mempengaruhi pada jumlah unsur hara yang bisa diserap oleh tanaman, kondisi keasaman yang baik adalah 6-7 pada kondisi ini semua unsur hara paling banyak tersedia sehingga penyerapan unsur hara menjadi efektif (Isnaini, 2006).
Jika pH 5,5 atau pada tanah masam pertumbuhan bintil akar akan terhambat sehingga proses pembentukan nitrifikasi akan berjalan kurang baik serta kedelai dapat keracunan alumunium (Najiyati dan Danarti, 1999).
Bekas Cacing (Kascing)
Keberadaan berbagai mikroba tanah sesungguhnya sangat diperlukan karena sangat berperan melepaskan atau memproduksi unsur hara yang dibutuhkan tanaman, seperti halnya cacing tanah.Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita.Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia (Nuryati, 2004).
Cacing makhluk fauna berukuran kecil yang membuat lorong pada tanah, memakan tanah dan menghaluskan bahan organik.Kegiatan cacing didalam tanah bukanlah suatu kegiatan sia-sia sebab sisa kotoran cacing ini tertinggal di permukaan tanah juga tertinggal di lorong tanah yang dilewatinya, produk inilah yang disebut kascing.Kelebihan kascing sendiri adalah adanya keseimbangan unsur hara baik makro maupun mikronya (Palungkun, 1999).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh IPPTP Mataram (2001) mengatakan bahwa kascing mengandung banyak mikroba tanah yang berguna, seperti aktinomisetes 2,8 x 106 sel/g Berat Kering, bakteri 1,8 x 10 8 sel/g BK dan fungi 2,6 x 105 sel/g BK dengan adanya mikroorganisme tersebut berarti kascing mengandung senyawa yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah atau untuk pertumbuhan tanaman antara lain bakteri Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pemakaian pupuk kascing yang dikombinasikan dengan pupuk kimia dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia sampai 25% dari dosis pupuk kimia yang dianjurkan.Secara fisik kascing dapat menggemburkan tanah serta memperbaiki aerase tanah yang dapat menyokong perkembangan akar tanaman, selain itu kascing juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah, menambah mikroba tanaman sehingga tanah sehat dan hasil tanaman meningkat (Mulat, 2003).
Pupuk Posfat dan Perananya Pada Tanaman
Tanaman kedelai memerlukan unsur P dalam setiap masa pertumbuhannya.Tanaman lebih banyak menyerap H2PO4 dibandingkan HPO4 dan PO4. Posfat didalam tanah mudah tersedia pada pH tanah antara 5,5 – 7,0 jika pH tanah berada diatas atau dibawah kisaran tersebut maka serapan P oleh tanaman akan menyusut (Hasibuan, 2006).
Status hara tanaman kedelai dan tanah di dalam bertanam kedelai erat kaitanya dengan tingkat hasil tanaman yang dapat dinilai dan digambarkan.Periode penggunaan P terbesar atau dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak pada kedelai adalah dimulai pada pembentukan polong sampai kira-kira 10 hari biji berkembang penuh.Hal ini disebabkan karena P banyak terdapat didalam sel-sel tanaman.(Lakitan, 2004).
Keadaan ini berhubungan dengan fungsi dari P dalam metabolisme sel. Posfat dapat pula dikatakan menstimulir pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman. Unsur hara yang akan diserap oleh akar ditentukan oleh semua faktor yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara sampai unsur hara tersebut berada di permukaan akar sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tanaman (Agustina, 1990).
Pemberian dosis pupuk P sebesar 0, 50 , 100 ,150 P2O5 ton/ha memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yang ditanam di tanah Ultisol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk P ternyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah cabang, berat kering tajuk, berat akar, serapan P dan menurunkan nisbah tajuk/akar.Hasil menunjukkan bahwa dosis P2 (100 P2O5 ton/ha) memberikan pertumbuhan tanaman yang paling baik.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian dosis 100 Kg P2O5/ha meningkatkan berat kering akar 3,5 kali lipat dibandingkan kontrol (tanpa pemberian pupuk P). Pemakaian dosis ini juga meningkatkan berat kering tajuk, jumlah cabang, jumlah daun dan tinggi tanaman yang paling besar dibandingkan dengan dosis P lain. Peningkatan ini diduga erat kaitannya dengan semakin tingginya jumlah P yang terserap oleh tanaman.Posfat yang terserap ini digunakan untuk pembentukan akar serta pertumnbuhan tanaman. Serta serapan posfat oleh tanaman dipengaruhi oleh interaksi antara sumber asam humat dengan dosis P yang digunakan (Suhardi, 2007)
2.4 Morfologi Tanaman Kedele
Tanaman kedele umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim.Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yitu akar, batang, daun, bunga, polong, dan biji.
Akar kedelai mulai muncul disekitar misofil. Kemudian akar muncul kedalam tanah, sedangakan kotiledon akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan dari hipokotil. Akar tanaman kedelai terdiri dari akar tunggang dan akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang.Untuk memperluas permukaan kontaknya dalam menyerap unsur hara, akar juga membentuk bulu-bulu akar.Bulu akar merupakan penonjolan dari sel-sel epidermis akar.Pada akar terdapat bintil-bintil akar yang berkoloni dari bakteri Rhizhobium japonicum yang terbentuk di akar, yang dapat mengikat N, bersimbiosa dengan tanaman (Suprapto, 1999).
Bintil akar dapat terbentuk pada tanaman kedelai muda setelah ada akar rambut pada akar utama atau akar cabang.Bintil akar dibentuk oleh Rhizobium japonicum. Akar mengeluarkan triptofan dan substansi lain yang menyebabkan perkembangan pesat dari populasi bakteri yang menyebabkan akar rambut melengkung sebelum bakteri menginfeksi ke dalamnya. Gejala ini tidak tampak apabila infeksi terjadi pada akhir pertumbuhan akar rambut (Hidajat, dkk, 1985).
Batang kedelai yang masih muda setelah perkecambahan menurut AAK (1991) dibedakan menjadi dua bagian yaitu hipokotil dan epikotil.Hipokotil adalah bagian batang dibawah keping biji yang belum lepas sampai ke pangkal batang, sedangkan epicotil adalah bagian batang yang berada diatas keping biji.Sistem pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate adalah tipe pertumbuhan pucuk batang yang jika tanaman telah berbunga pertumbuhan batangnya terhenti dan tipe indeterminate adalah pertumbuhan pucuk batang dapat terus berlangsung walaupun tanaman telah mengeluarkan bunga (Adisarwanto, 2005).
Daun kedelai berwarna hijau, mempunyai dua bentuk daun, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat masih kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga yang tumbuh setelah masa perkecambahan.Daun berbentuk bulat (oval), yang mempunyai bulu. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. kepadatan bulu berkisar 3-20 buah/mm. pada varietas anjasmoro kepadatan bulu jarang (Adisarwanto, 2005).
Kedelai dapat berbunga ketika memasuki stadia reproduktif yaitu 5-7 minggu bergantung pada varietas.Bunga kedelai umumnya muncul pada ketiak tangkai daun.Jumlah bunga yang ada pada setiap tangkai daun beragam, antara 2-25 bunga (Adisarwanto, 2005).Penyerbukan bunga berlangsung secara sendiri dengan tepung sari sendiri karena pembuahan terjadi sebelum bunga kedelai mekar (AAK, 1991).
Polong pertama kali muncul sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama.Polong berwarna hijau, Panjangnya polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong terbentuk pada setiap ketiak daun sangat beragam, antara 1-10 polong dalam setiap kelompok.Dalam satu polong berisi 1-4 biji.Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, ada yang bundar bulat agak pipih (Adisarwanto, 2005).
2.5 Lingkungan Tumbuh
2.5.1 Gulma pada Pertanaman Kedelai
Gulma adalah tanaman yang tidak dikehendaki yang tumbuh bersama tanaman kedelai yang sedang diusahakan, serta sisa-sisa tanaman sebelum pelaksanaan penangkaran benih. Tanaman-tanaman tersebut merupakan kompetitor atau pesaing dalam pemanfaatan air, zat hara tanah, sinar matahari, dan ruang di sekitar tanaman kedelai, bahkan berperan sebagai inang hama serta penyakit tertentu. Akumulasi dari tingkat persaingan oleh gulma tersebut tampak nyata di lahan.Pada tempat-tempat yang telah ditumbuhi gulma, tanaman kedelai tidak dapat tumbuh dengan baik.Menurut Soetikno S. Sastroutomo (1990) penurunan hasil akibat kompetisi gulma pada pertanaman kedelai dapat mencapai 10-50%.
Pada prinsipnya, pengendalian gulma dapat dilakukan secara kultur teknis, mekanis, biologis, dan khemis. Pengendalian gulma pada penangkaran benih kedelai ditekankan pada perlakukan kultur teknis dan cara mekanis. Oleh karena itu, pengolahan tanah dan perlakukan penyiangan tanaman serta roguing perlu dilakukan secara intensif.
2.5.2 Hama Tanaman Kedelai
Jenis hama yang biasa menyerang tanaman kedelai relatif banyak, baik yang berpotensi merusak tanaman dalam katagori ringan hingga berat, mengakibatkan penurunan produksi, dan bahkan mengakibatkan tanaman fuso (tidak menghasilkan).
I. Hama Perusak Bibit
a. Lalat Kacang
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan lalat kacang adalah terdapatnya bintik-bintik putih pada keping biji, daun pertama, atau daun kedua, yakni bekas tusukan alat peletak telur. Gejala yang lain adalah terdapat liang berupa alur atau garis lengkung berwarna coklat, bekas gerekan larva.
b. Penggerek Batang
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penggerek batang adalah terdapatnya bintik-bintik putih pada daun tanaman muda, tempat imago meletakkan telurnya.Kerusakan lebih lanjut berupa lubang gerekan oleh larva pada daun, tangkai daun, dan batang.Kadang ranting yang digerek menjadi patah.
c. Penggerek Pucuk
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penggerek pucuk adalah terdapatnya bekas tusukan alat peletak telur pada permukaan daun bagian atas.Selanjutnya, terdapat lubang gerekan larva pada daun, tulang daun, tangkai daun dan pucuk daun.Daun pucuk menjadi layu, mengering, dan mati, kemudian terbentuk banyak cabang baru namun kurang produktif.
Pengendalian hama perusak bibit dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: Penanaman penangkaran benih kedelai secara serempak; sanitasi kebun, roguing tanaman yang menunjukkan gejala sakit; dan penyemprotan dengan larutan insektisida, bila intensitas serangan pada tanaman yang berumur kurang dari sepuluh hari mencapai 2% atau lebih.
II Hama Perusak Daun
Beberapa jenis hama yang menyerang daun tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
a. Kumbang Daun Kedelai
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini terlihat pada pucuk tanaman, daun, bunga dan polong. Serangan pada tanaman muda dapat mengakibatkan kematian.Serangann pada fase selanjutnya, mengakibatkan terganggunya pembentukan bunga, pembentukan polong, dan pengisian biji sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas biji kedelai.
b. Ulat Grayak
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat ini adalah daun tanaman habis (hanya tersisa tulang daun), polong muda rusak, atau seluruh tanaman rusak.Gejala yang nampak tergantung pada jenis tanaman yang diserang dan intensitas serangan larva muda serta larva dewasa.
c. Kumbang Tanah Kuning
Gejala kerusakan akibat serangan kumbang tanah kuning adalah terdapatnya lubang-lubang kecil bekas gigitan serangga pada keping biji, daun muda, pucuk, atau cabang tanaman.
d. Ulat Jengkal
Gejala kerusakan akibat serangan ulat jengkal adalah kerusakan daun dari arah pinggir.Serangan berat mengakibatkan kerusakan daun hingga hanya tersisa tulang-tulang daun.
e. Ulat Penggulung Daun
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat penggulung daun adalah daun terlihat menggulung dengan bagian atas merekat.Jika dibuka, pada bagian dalam terlihat bahwa tulang daun telah dimakan ulat.
f. Ulat Pelipat Daun
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini adalah pinggiran helaian daun merekat. Larva tinggal di daun yang merekat tersebut dan merusak jaringan sepanjang tulang daun.

Pengendalian hama perusak daun dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut:
1.         Penanaman serentak sehingga periode vegetatif terjadi secara serempak
2.         Pengolahan tanah secara baik untuk mematikan hama yang berada di dalam tanah
3.         Pemusnahan kelompok telur yang ditemukan
4.         Pengamatan dini untuk menentukan penanggulangan dengan insektisida
III. Hama Perusak Polong
Beberapa jenis hama yang sering ditemukan merusak polong tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
a. Penggerek Polong
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini adalah terdapatnya bintik atau lubang berwarna cokelat tua pada kulit polong, bekas jalan masuk larva ke dalam biji. Seringkali, pada lubang bekas gereka terdapat butir-butir kotoran kering yang berwarna coklat muda dan terikat benang pintal atau sisa-sisa biji terbalut benang pintal.
b. Kepik Polong
c. Kepik Hijau
Kepik Hijau dikenal dengan nama Nezara viridula, Green Stink Bug, dan Lembing Hijau. Hama ini merupakan salah satu hama utama pada tanaman kedelai dan bersifat polifag. Tanaman inang hama ini antara lain padi, kacang hijau, tanaman kacang-kacangan, orok-orok dan kentang.
Pengendalian hama perusak polong dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam.
IV. Hama Kutu
Hama kutu yang sering ditemukan menyerang pertanaman kedelai antara lain sebagai berikut:
a. Kutu Kebul
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan kutu kebul adalah terdapatnya kutu-kutu berwarna pucat sampai kuning kehijauan pada bagian bawah daun atau daun pucuk.Kadang-kadang juga terdapat cendawan jelaga yang hidup dari ekskreta kutu yang berupa embun madu.Serangan berat menyebabkan daun tanaman tampak terhambat pertumbuhannya, mengerupuk, dan lebih kaku.
b. Kutu Aphis
Kutu aphis juga dikenal dengan nama Aphis sp., Aphid atau secara umum disebut kutu. Kutu aphis menyerang daun muda pada berbagai jenis tanaman antara lain kacang-kacangan, terutama pada akhir musim hujan dan musim panas. Serangan kutu aphis terhadap daun tanaman muda menyebabkan daun menjadi kerdil dan lebih banyak polong yang kurang berisi.
Hama Gudang
Gejala serangan kumbang bruchus pada biji kedelai dikenali dengan adanya lubang-lubang pada butiran kedelai.Biji kedelai yang terserang bruchus juga merupakan tempat berlindung serangga.Kadang-kadang tampak serangga keluar dari dalam lubang gerekan.
Pengendalian hama kumbang bruchus dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan gudang dan dengan cara fumigasi, antara lain menggunakan methyl bromida sesuai petunjuk teknis.
2.5.3 Penyakit Tanaman Kedelai
Beberapa jenus penyakit yang sering ditemukan menyerang pertanaman kedelai adalah sebagai berikut:
1. Karat Kedelai
Pengendalian penyakit karat kedelai dapat dilakukan dengan beberapa cara. Oleh karena intensitas serangan penyakit ini dipengaruhi oleh kelembaban, curah hujan, intensitas sinar matahari, dan kerapatan daun tanaman; maka perlu digunakan varietas kedelai yang toleran antara lain Sompo, Kerinci, Polosari, dan Tambora, terutama di daerah kronis. Pengendalian juga dilakukan dengan mengatur jarak tanam dan perlakukan budidaya tanaman secara benar.Jika dipandang perlu, juga dapat dilakukan pengendalian dengan penyemprotan fungsisida.
2. Kerdil Kedelai
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penyakit kerdil kedelai adalah tanaman tumbuh kerdil, pada helai daun tampak adanya mosaik, daun agak menggulung dan keriput, dan tulang daun terang (vein clearing).Gejala khas yang menunjukkan adanya serangan penyakit ini adalah terdapatnya belang coklat yang konsentris pada kulit biji yang terserang virus.
3. Mosaik Kedelai
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penyakit mosaik kedelai adalah daun melilit, melengkung, tulang daun jernih (vein clearing), mosaik, berwarna lebih tua dibandingkan dengan daun yang sehat, dan rapuh.Gejala khas yang nampak pada kulit biji yang terserang virus adalah terdapatnya belang coklat yang radial.
4. Mosaik Kuning Kedelai
5. Katai Kedelai
Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus dilakukan dengan menerapkan prinsip pengendalian terpadu melalui beberapa cara antara lain penggunaan benih yang sehat dan bebas virus, pelaksanaan tehnik budidaya tanaman secara sehat, dan penyemprotan dengan insektisida untuk menekan perkembangan aphis.




















BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Ruang Lingkup Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Adapun data yang diperlukan dalam praktikum ini adalah ;
  1. Penerapan Teknologi Pertanian, yakni pengolahan tanah, penggunaan bibit unggul, irigasi, pemupukan dan perlindungan tanaman.
  2. Memperhatikan tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong dan berat sampel pertanaman.

3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Percobaan ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu Maret 2012 – Juli 2012. Penanaman dilaksanakan pada  21 Maret 2012. Pengamatan dilaksanakan setiap hari rabu dan akhir pengamatan pada 11 Juli 2012.Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan fakultas pertanian universitas jambi.
3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu Cangkul, parang, tali rafia, tugal, meteran, mistar, alat tulis, gembor, plastik dan timbangan.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu benih kedelai dengan varietas Kawi, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk KCl, pupuk kandang, insektisida dan air.
3.4 Rancangan Percobaan
Percobaan ini dilakukan tanpa memberikan perlakuan yang berbeda pada tiap tanaman. petakan percobaan berukuran 6 m x 4 m. Jarak tanam yang digunakan 40 cm x 30 cm. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman.

3.4 Prosedur Pelaksanaan Praktikum
1. Persiapan Lahan
Dalam mempersiapkan lahan untuk menanam kedelai yang dilakukan adalah membersihkan areal lahan dan membuat petakan tanah yang berukuran 1m x4 m yang terdapat 50 lubang dan setiap lubang berukuran 10cm x20cm .

2. Pemupukan Organik
Pemberian pupuk organik dilakukan hanya satu kali, dengan pupuk kandang pada tanah yang yang kurang subur. Pemupukan organik dilakukan pada minggu ketiga bulan oktober, tepatnya tanggal 10 Maret 2012.
3.  Penanaman benih kedelai
Benih kedelai yang ditanam yaitu dengan populasi 2 setiap lubang.Namun, setelah benih tumbuh menjadi tanaman, satu tanaman dipotong atau dicabut sehingga populasi menjadi satu tanaman setiap lubang.
4. Pengairan
Menggunakan gembor, dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.Bila hari hujan, penyiraman tidak perlu dilakukan.
5. Pemberian pupuk (pemupukan)
Pemberian pupuk dilakukan hanya satu kali, yaitu pemberian pupuk urea, pupuk KCl, dan SP36 dosis pemberian pupuk urea harus sesuai dengan kadarnya.
6. Perawatan
Dimulai dari awal Maret 2012 sampai Juli 2012, perawatan tanaman kedelai dilakukan selama pratikum mulai dari penanaman benih sampai sebelum panen, penyemprotan psestisida terhadap tanaman kedelai.Perawatan yang dilakukan adalah melakukan pengairan (penyiraman tanaman), pemupukan, dan penyemprotan pestisida.
Sedangkan pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai dilakukan satu minggu sekali, setiap hari rabu dimulai sejak tanaman kedelai berumur dua minggu sampai tanaman berumur dua belas minggu. Parameter yang diamati dalam pratikum ini adalah tinggi tanaman, jumlah cabang utama, jumlah polong pertanam,  panjang akar, dan berat polong yang dihasilkan. Pengamatan dilakukan pada tiga sampel tanaman yang dipilih secara acak.
 7. Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman sudah mulai menguning daunnya. Pemanenan dilakukan dengan cara memangkas bagian bawah batang kemudian diambil polongnya. Lalu polong pada tanaman sampel, hasil panen ditimbang beratnya.



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil praktikum
Hasil Praktikum
Hasil pengamatan praktikum untuk pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai, dengan mengambil 3 sampel pada tiap lobang adalah sebagai berikut :
Sampel I
Sampel I terdiri dari 1 jenis tanaman pada 1 lobang, dengan hasil pengamatan sebagai berikut :
No
Pengamatan
Keterangan
Rata-rata
1
Panjang akar
7 cm
7 cm
2
Panjang batang utama
85 cm
85 cm
3
Jumlah cabang utama
4
4
4
Jumlah nodus utama
12
12
5
Jumlah nodus total
20
20
6
Jumlah polong isi
70
70
7
Jumlah polong hampa
1
1
8
Berat total biji
20 gr
20 gr






Sampel II
Sampel II terdiri dari 2 jenis tanaman pada 1 lobang, dengan hasil pengamatan sebagai berikut :
No
Pengamatan
Keterangan
Rata-rata
Tanaman A
Tanaman B
1
Panjang akar
15,5 cm
15,5 cm
15,5 cm
2
Panjang batang utama
88 cm
85 cm
86,5 cm
3
Jumlah cabang utama
5
3
4
4
Jumlah nodus utama
15
12
13,5
5
Jumlah nodus total
33
24
28,5
6
Jumlah polong isi
96
96
96
7
Jumlah polong hampa
1
-
0,5
8
Berat total biji
80 gr
80 gr

Sampel III
Sampel III terdiri dari 2 jenis tanaman pada 1 lobang, dengan hasil pengamatan sebagai berikut :
No
Pengamatan
Keterangan
Rata-rata
Tanaman A
Tanaman B
1
Panjang akar
7 cm
9 cm
8 cm
2
Panjang batang utama
89 cm
80 cm
84,5 cm
3
Jumlah cabang utama
2
2
2
4
Jumlah nodus utama
12
12
12
5
Jumlah nodus total
15
20
17,5
6
Jumlah polong isi
46
60
53
7
Jumlah polong hampa
1
3
2
8
Berat total biji
21 gr
21 gr

4.2 Pembahasan
1.      Luas petakan dan jarak tanam
Petakan tanam yang dibuat dalam praktikum ini berukuran 1 m x 4 m, jadi luas petakannya adalah 4 m2. Dalam penanaman setiap lubang tanam adalah satu populasi, sehingga yang digunakan adalah 40 cm x 30cm dan populasi tanaman sehingga dalam 1 petakan terdapat 50 lubang.

Pengolahan tanah bertujuan untuk membuat tanah jadi gembur dan membersihkan lahan dari rumput-rumputan, kayu, dan lain-lain.Di lahan pasang surut, sewaktu pengolahan tanah perlu memperhatikan kedalaman lapisan parit.
• Alat yang digunakan untuk mengolah tanah adalah cangkul dan parang.
• Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna (dua kali).
• Kedalaman pengolahan tanah di lahan potensial dan sulfat masam sekitar 20 cm.
2.      Pemupukan Organik
Untuk pemupukan organik, digunakan pupuk kandang secukupnya pada lahan yang kurang subur.
3.      Penanaman
Kedelai dibudidayakan secara tunggal (monokultur). Benih ditanam secara tugal yang terbuat dari kayu biasa yang ringan dengan diameter 4cm. Dengan jarak tanam 40 cm x 30 cm, jumlah benih 2 biji per lubang tanam, benih yang sudah ditaruh di lubang tanam dan ditutup dengan tanah.
4.      Pengairan
Penyiraman tanaman kedelai dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.Bila hari hujan tanaman kedelai tidak perlu disiram lagi. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
Bertujuan agar tanaman tidak kekurangan air selama hidupnya, dan pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik, dan pengangkutan zat makanan dapat di transport dengan bantuan air pada tanaman.



5.      Penggunaan pupuk
Dalam praktikum ini pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, SP36, dan KCl. Pupuk diberikan setelah 2 minggu. Dosis pupuk yang digunakan untuk pupuk Urea 20 gr/4m2, pupuk KCl 40 gr/4m2, dan pupuk SP36 40 gr/m2.
6.      Pengendalian gulma secara mekanis / manual.
Untuk pengendalian gulma pada tanaman kedelai ini, cukup dilakukan secara manual, yaitu dengan menggunakan tangan atau parang. Dilakukan setiap tanaman kedelai terganggu oleh tumbuhnya gulma.
7.      Pengamatan tanaman kedelai terakhir
Dari hasil pengamatan pertama sampai dengan pengamatan terakhir dapat dilihat bahwa tanaman kedelai masih pada berumur/stadia pertumbuhan vegetatif yang ditandai dengan bertambahnya tinggi tanaman dan jumlah daun yang terbentuk. Pada pengamatan keenam. Pada 3 tanaman sampel sudah terbentuk polong tetapi masih kecil dan pada pengamatan ke tujuh. Pada semua sampel sudah terbentuk polong dan terisi dan pada pengamatan terakhir , polong kedelai yang terbentuk sudah cukup tua dan siap dipanen untuk ukuran konsumsi, sehingga pemanenan dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur kurang lebih 12 minggu.
Pengamatan daya tumbuh yang terakhir dilakukan pada minggu kedua bulan Juni. Pada pengamatan daya tumbuh terakhir
8.      Perlindungan hama dan penyakit
Hasil kedelai akan menurun apabila terserang hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman kedelai di lahan pasang surut antara lain lalat bibit, penggerek polong, dan penghisap polong. Jenis penyakit yang sering merusak tanaman kedelai yaitu karat daun. Salah satu cara untuk mencegah serangan hama dan penyakit kedelai adalah menggunakan obat-obatan.
Pestisida yang digunakan adalah Decis dengan takaran 2 tutup botol, bertujuan untuk melindungi tanaman dari hama dan penyakit pada tanaman kedelai.
9.      Perhitungan tinggi tanaman
Perhitungan tinggi tanaman dilakukan pada tanggal 5 Mei 2012 dengan menggunakan meteran atau mistar. Pengukuran dilakukan pada leher akar sampai pucuk daun kedelai, dan diketahui tinggi tanaman kedelai adalah 53 cm.
10.  Pengamatan daun dan bunga
Pengamatan daun dan bunga dilakukan pada minggu pertama Mei. Bertujuan untuk mengetahui apakah tanaman kedelai sudah tumbuh bunga atau belum, dan mengamati daun-daun yang mulai menguning, atau terkena penyakit. Setelah diamati, diketahui, beberapa daun tanaman sudah mulai menguning, dan ada yang terkena penyakit tanaman.
11.  Pengamatan perubahan bunga menjadi polong.
Dilakukan pada minggu kedua dan ketiga bulan Mei. Bertujuan untuk mengetahui perubahan bunga menjadi polong. Setelah diamati, diketahui banyak bunga yang sudah berubah menjadi polong.
12.  Penyemprotan
Dilakukan pada minggu ketiga bulan Mei. Penyemprotan terakhir menggunakan pesitisida decis dengan takaran 2 tutup botol. Bertujuan untuk perlindungan dari hama dan penyakit tanaman sebelum melakukan pemanenan.
13.  Pemanenan
Panen dilakukan setelah semua daun tanaman sudah tua atau berwarna kuning. Panen menggunakan parang untuk memotong tanaman sampai pada akarnya. Setelah dipanen, polong kedelai yang masih melekat dibatangnya segera dijemur. Kemudian biji dirontok dengan cara dipukul atau menggunakan mesin perontok bila tersedia. Setelah dirontok, biji segera dijemur atau dikeringkan dengan sinar matahari. Biji kemudian ditimbang. Biji yang akan dijadikan benih, disimpan dalam kantong plastik yang agak tebal.
14.  Hasil panen tanaman kedelai
Pemanenan tanaman kedelai dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur kurang lebih 12 minggu. Dari hasil panen tersebut yang diukur adalah berat polong kedelai, serta jumlah polong pertanaman yang diambil dari tiga sampel yang dihasilkan. Dan berat polong hasil panen tersebut berbeda antara tanaman sampel yang satu dengan tanaman sampel yang lainnya. Berat polong kedelai (gram) adalah sebagai berikut :
Sampel I          : 30 gr
Sampel II        : 80 gr
Sampel III                   : 28 gr


BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan:
1.      Pemupukan mempengaruhi peningkatan hasil produksi tanaman kedelai.
2.      Tanaman kedelai rentan terhadap penyakit.
3.     Jumlah populasi tanaman dalam petakan mempengaruhi jumlah hasil panen tanaman kedelai.
4.     Tanaman kedelai sangat berpengaruh terhadap faktor lingungan.
5.     Penyilangan tanaman mempengaruhi lama waktu pemanenan.
3.2 Saran
                  Dalam melakukan percobaan perlu diperhatikan pemeliharaannya meliputi penyiangan, penyiraman, dan pemupukan.Hal ini dilakukan agar hasil budidaya yang didapatkan memuaskan.









DAFTAR PUSTAKA


Arsyad, S. 1976. Pengawetan Tanah dan Air.Departemen Ilmu-ilmu Tanah IPB. Bogor.
Budidaya Tanaman Kedelai. http://pustaka unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/Budidaya_tanaman kedelai.
Bari, A.S, Musa dan E.Sjamsudin. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
De Geus, J.G. 1968. Fertilizer Guide For Tropical and Sub-Tropical Farming. Center D’Etude de l’Azote. Zurich.
Hakim, N. 1986.Kesuburan Tanah dan Pemupukan.Kump. Bah. Kul.Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Pekanbaru.
Harjadi, S.S.M.M. 1980. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.
Ismal, G. 1979.Ekologi Tumbuh-tumbuhan dan Tanaman Pertanian.Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Padang.
Jumin, B.H. 2005.Dasar-dasar Agronomi.Divisi Buku Perguruan Tinggi Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kamili, Y. 1982. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.
Lucas, G B, C.L. Cambell, and LT. Lucas, 1985.Introduction to Plant Disease.Identification and Management. The Avi Publishing Co. Inc, Westpart. Connecticut.
Makmur, A. 1985.Pokok-pokok Pengantar Pemuliaan Tanaman.PT Bina AKsara. Jakarta.
Wilsie, C.V. 1962. Crop Adaption and Distribution.W.H. Freeman dan Coy. London.
Winarno.F.G. dan M. Arman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. PT. Satra Hudaya. Jakarta.
Yahya, S. 1984. Ekologi Jurusan Tanaman Budidaya. Fakultas Pertanian. Institute Pertanian Bogor. Bogor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar